Menumbuhkan Akhlakul Karimah Melalui Kecintaan Kepada Alquran

ABSTRAK
Akhir-akhir ini kita melihat dan menyaksikan bagaimana merosotnya akhlak generasi muslim di era milenial ini. Terlebih pasca pandemi Covid19 yang melanda seluruh dunia yang mengharuskan seluruh umat manusia melakukan perubahan gaya hidup baru dengan menyesuaikan situasi dan kondisi yang saat itu sedang terjadi. Media elektronik menjadi sarana penting dalam menjalani kehidupan di era digital sehingga dia menjadi penyumbang terbesar dalam perubahan akhlak generasi muslim saat ini. Kemerosotan akhlak dewasa ini disebabkan kurangnya kesadaran generasi muslim dalam belajar dan mengkaji ilmu agama yang menjadi pedoman hidup mereka. Pokok sumber ilmu agama terdapat dalam kitab suci al-Qur’an yang merupakan sebagai kitab suci pegangan hidup umat islam dan al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Sebagai upaya didalam menyadarkan generasi muslim agar kembali memiliki dorongan semangat belajar dan mengkaji ilmu agama maka perlu adanya penyadaran untuk mencintai al-Qur’an. Rasa cinta dapat tumbuh apabila sudah mengenal dan mengetahui secara mendalam sesuatu yang dicintainya, apabila sudah tumbuh kecintaan maka orang yang mencintai akan mengikuti apa yang dicintainya. Demikian pula kecintaan terhadap al-Qur’an, seorang muslim apabila sudah mencintai al-Qur’an seutuhnya maka dia akan mengikuti dan mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam al-Qur’an. Semua pendidikan dalam al-Qur’an mencetak generasi muslim yang berakhkul karimah. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan literature review dari berbagai macam sumber dan kajian ayat-ayat al-Qur’an tentang akhlak dan cinta.
PENDAHULUAN
Dewasa ini kita melihat bagaimana generasi muslim mengalami degradasi moral yang sangat luar biasa. Tingkah lakunya jauh daripada nilai-nilai ajaran agama yang tertuang dalam kitab suci al-Qur’an, sementara disaat usia mereka masih kecil kedua orang tuanya telah menanamkan pondasi akhlakul karimah dipengajian, majelis atau madrasah sekitar rumahnya. Namun seiring berjalannya waktu disaat usianya mulai beranjak dewasa seusia SMP banyak daripada generasi muslim sudah mulai tidak bersemangat lagi pergi ke pengajin, majelis, atau madrasah dengan alasan karena sudah merasa dewasa. Terlihat betapa sangat berpengaruhnya pendidikan di pengajian, majelis dan madrasah yang mengajarkan al-Qur’an dapat membentuk kepribadian generasi muslim menuju insan yang berakhlakul karimah.
Al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup umat islam merupakan kitab suci yang sangat berpengaruh didalam membentuk karakteristik pemeluknya, serta banyak memberikan kabar dan informasi tentang konsep kehidupan umat manusia dari jaman terdahulu, jaman sekarang dan jaman yang akan datang. Al-Qur’an juga merupakan kitab suci yang sangat komprehensif, selain berisi tentang perintah dan larangan, al-Qur’an berisi juga tentang fakta ilmiah yang bermanfaat bagi manusia. (sri waluyo, 2018) Untuk mengembalikan moral dan akhlak generasi muslim maka harus dikembalikan kepada kesadaran dan kecintaannya untuk mempelajari dan mengamalkan kitab suci al-Qur’an, sebab kitab suci al-Qur’an merupakan solusi atas segala permasalahan umat manusia terutama dalam memperbaiki akhlak umat manusia.
Diriwayatkan bahwasannya sahabat yang bernama Ibnu Mas’ud pernah didatangi oleh salah seorang sahabat yang lainnya seraya meminta sebuah nasihat kepada Ibnu Mas’ud. Orang tersebut berkata, “Wahai Ibnu Mas’ud, berilah padaku nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah, dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tenteram, jiwaku gelisah, pikiranku kusut, makan tidak enak, tidur pun tak nyenyak”. Maka dari itu, Ibnu Mas’ud menasihatinya, ia berkata: “Kalau penyakit itu menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat engkau dapat membaca al-Qur’an, atau engkau dengar baik-baik orang yang sedang membaca al-Qur’an, atau yang kedua, engkau mengunjungi majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah Swt., atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi agar engkau dapat berkhalwat dengan Allah Swt., seperti di waktu malam buta. Di saat orang sedang nyenyak dalam tidurnya, bangunlah untuk mengerjakan shalat malam, meminta dan memohon kepada Allah Swt. ketenangan jiwa, ketenteraman pikiran, dan ketenangan hati. Seandainya dengan cara ini jiwamu belum juga terobati, maka mintalah kepada Allah agar engkau diberi hati yang lain, sebab hati yang engkau pakai bukan lagi hatimu.” Setelah itu orang tersebut kembali ke rumahnya, dan mengamalkan semua yang dinasehatikan oleh Ibnu Mas’ud R.a., dia mengambil air wudhu dan membaca al-Qur’an dengan khusyuk. Selesai membaca al-Qur’an orang tersebut berubah kembali lagi jiwanya menjadi jiwa yang tenteram, pikirannya jenih, dan kegelisahnnya hilang sama sekali.
Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Mas’ud RA bahwa Nabi SAW bersabda, ”Alquran itu adalah jamuan dari Allah, karena itu terimalah jamuan ini semampumu. Sesungguhnya Alquran ini tali Allah yang kuat dan cahaya-Nya yang cemerlang, dan sebagai obat yang berguna. Dia adalah pegangan bagi orang-orang yang berpegang padanya dan keselamatan bagi orang-orang yang mengikutinya. Dan tidak pernah menyimpang sehingga perlu dilempangkan, tidak pernah bengkok sehingga perlu diluruskan, tidak pernah habis keajaiban-keajaibannya, dan tidak pernah lapuk karena banyaknya orang yang menolaknya. Bacalah ia, karena Allah akan memberimu pahala pada tiap-tiap hurup yang kamu baca sebanyak sepuluh hasanah (kebaikan), saya tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR Hakim).
Adapun didalam al-Qur’an surat An-Nahl ayat 89 Allah SWT berfirman :
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ ࣖ
Terjemah Kemenag 2019
89. Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang muslim.
Kemudian dalam surat An-Nahl ayat 90 Allah SWT berfirman :
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Terjemah Kemenag 2019
90. Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.
Untuk mengembalikan kesadaran dalam memegang teguh kitab suci al-Qur’an maka generasi muslim harus dibuat cinta dan kenal terhadap al-Qur’an sehingga dengan demikian mereka akan menjadi generasi qurani yang robbani berakhlakul karimah sesuai dengan teladannya yakni nabi Muhammad SAW karena beliau adalah cerminan manusia al-Quran. Sayidah ‘Aisyah pernah ditanya bagaimana akhlaknya Rasulullah SAW ? lalu beliau menjawab :
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Dia Rasulullah SAW akhlaknya laksana al-Qur’an (HR. Ahmad)
METODE PENELITIAN
Kajian ini menggunakan metode literature review dengan cara menelusuri sejumlah ayat-ayat al-Qur‘an yang relevan dengan tema kajian. Selain mengkaji ayat-ayat al-Qur‘an yang relevan semisal ayat-ayat pendidikan, ayat-ayat tentang cinta, kajian ini juga dilengkapi dengan metode refleksi, yaitu suatu metode yang berusaha merefleksikan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam konteks kekinian, sehingga pengetahuan dan pengalaman penulis digunakan sebagai cermin dalam memahami realitas dan problem umat Islam saat ini.
PEMBAHASAN
A. AKHLAKUL KARIMAH
Akhlakul Karimah terdiri dari dua kata dari bahasa arab, akhlak yang artinya perangai, dan karimah yang artinya mulia. Akhlakul Karimah artinya perangai atau budi pekerti yang mulia. Secara etimologi kata Akhlak berasal dari kata “khuluq” yang artinya tabiat atau perangai dan kata “khuluq” serumpun dengan kata “kholqu” yang artinya ciptaan sehingga tabi’at atau perangai tercipta dari sebuah proses pekerjaan atau perbuatan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
Adapun secara terminologi kata akhlak mengandung berbagai macam pengertian diantaranya Imam Ghazali didalam kitab ihya ulumu ad-diin mengatakan akhlak adalah sebuah tatanan yang tertanam kuat dalam jiwa yang darinya muncul beragam perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.(Muhammad Ghazali)
Adapun Zaidan dalam kitab ushulud da’wah mengatakan akhlak adalah sekumpulan nilai-nilai dan sifat yang menetap di dalam jiwa, yang dengan petunjuk dan standarnya sebuah perbuatan dinilai baik atau buruk oleh seseorang, yang untuk kemudian dia melakukan perbuatan tersebut atau mengurungkannya. (Cahyo, 2019)
Akhlak berbeda dengan Adab, akhlak lahir dari sebuah proses pekerjaan atau perbuatan terpuji yang bernilai ibadah disisi Allah SWT sehingga output dari sebuah ibadah itulah yang menciptakan serta menumbuhkan karakter, tabiat, serta perangai-perangai terpuji yang disebut dengan akhlakul karimah. Sebagaimana pekerjaan sholat membentuk pribadi pelakunya agar meninggalkan perbuatan keji dan munkar, sebagaimana didalam surat Al-Ankabut : 45,
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Terjemah Kemenag 2019
45. Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dan juga firman Allah SWT dalam surat Al-Bayyinah : 7,
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ
Terjemah Kemenag 2019
7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik makhluk.
Adapun Adab merupakan sopan santun atau budi pekerti yang dihasilkan melalui proses pendidikan yang ditanamkan atau dibiasakan dari seorang pendidik kepada objek yang diajarkannya. Sebagaimana kisah Lukman Al-Hakim yang mendidik anaknya agar pandai bersyukur, tidak menyekutukan Allah SWT, dan berbakti kepada orang tua. Hal ini diabadikan dalam al-Qur’an surat Luqman : 12-14,
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗوَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Terjemah Kemenag 2019
12. Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”
13. (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.”
14. Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.598) (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.
B. CINTA
Dalam kamus popular bahasa Indonesia, secara etimologi makna cinta sama dengan kasih sayang dan rasa kasih, sehingga kata cinta dan kasih sayang memiliki keterkaitan makna yang erat. Jika Allah mengasihi dan meyayangi hamba-Nya maka hamba tersebut akan medapatkan cinta-Nya. Jika orang tua mencintai anaknya maka orang tua tersebut akan menyayangi dan megasihi anaknya.(Ikhsan, 2017)
Cinta dalam islam bukan sebuah kebebasan tanpa batas, bukan pula kemerdekaan tanpa tanggung jawab. Cinta merupakan metode pendidikan ilahi yang terkait dengan emosi dan perasaan.Cinta adalah ruh iman dan amal kedudukan dan keadaan, yang jika cinta ini tidak ada disana maka tak ubahnya jasad yang tidak memiliki ruh.(Al-Jauziyah, 1999) Menurut Sayikh Al-Buthy dalam kitab karyanya Al-Hub fil Qur’an “Cinta dapat diartikan ke dalam tiga karakteristik yaitu apresiatif (ta’dzim), penuh perhatian (ihtimaman) dan cinta (mahabbah).
Al-Qur’an berbicara tentang cinta sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Baqoroh : 165,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ
Terjemah Kemenag 2019
165. Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal).
Kemudian QS. Ali Imran : 31
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Terjemah Kemenag 2019
31. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kemudian QS. Al-Hujurot : 7,
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ فِيْكُمْ رَسُوْلَ اللّٰهِ ۗ لَوْ يُطِيْعُكُمْ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنَ الْاَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِيْمَانَ وَزَيَّنَهٗ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الرّٰشِدُوْنَۙ
Terjemah Kemenag 2019
7. Ketahuilah bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Seandainya dia menuruti (kemauan)-mu dalam banyak hal, pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Akan tetapi, Allah menjadikanmu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu serta menjadikanmu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan kebenaran.
Dan masih banyak lagi ayat yang berbicara tentang cinta dan kasih sayang dalam al-Qur’an.
C. AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci dan petunjuk yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW bagi seluruh manusia dan juga sebagai mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an berbicara kepada akal dan kesadaran (concience) manusia. Ia juga mengajarkan kepada manusia tentang ketauhidan, serta membersihkan diri manusia dengan berbagai praktek ibadah dan menunjukkan kepadanya di mana letak kebaikan dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Selanjutnya, al-Qur’an juga menunjukkan kepada manusia way of life (jalan hidup) terbaik guna merealisasikan dirinya, mengembangkan kepribadiannya dan mengantarkan pada jenjang-jenjang kesempurnaan insani guna mencapai kebahagiaan bagi dirinya baik di dunia maupun akhirat. Alquran adalah kitab suci yang Allah Swt., turunkan kepada Nabi Muḥammad SAW, melalui malaikat Jibril AS. Alquran merupakan pustaka terbesar umat Islam di seluruh dunia. Alquran adalah kitab suci yang sempurna dan berfungsi sebagai pelajaran bagi manusia, pedoman hidup bagi setiap muslim, petunjuk bagi orang yang bertakwa. Alquran memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat, diantaranya adalah Alquran merupakan kitab suci yang keotentikannya dijamin oleh Allah SWT.(Shihab, 2007)
Kitab suci al Qur’an bukan hanya berisi pelajaran dan bimbingan mengenai hubungan antara manusia dengan Tuhan penciptanya, melainkan mempunyai jangkauan yang jauh lebih luas. Ajarannya meliputi segala bidang kehidupan dan pergaulan manusia, al Qur’an juga memberikan petunjuk mengenai hubungan antara manusia dengan dirinya, dengan masyarakat sekelilingnya dengan makhluk lain dan dengan alam semesta. Semua itu dimaksudkan untuk tercapainya keselamatan, perdamaian dan kebahagiaan bagi umat manusia. Sejak diturunkan belasan abad yang lalu, al-Qur’an telah menjadi kitab, menjadi sumber inspirasi bagi miliaran umat Islam di berbagai aspek kehidupan mulai dari ritual, cara berinteraksi dengan sesama baik dari sisi ekonomi, bisnis maupun dalam hukum hingga laku batiniah dengan sang Mahakuasa.
D. KAJIAN INTI
Pendidikan agama Islam di sekolah sering dianggap kurang berhasil dalam menggarap sikap dan perilaku keberagamaan peserta didik serta membangun moral dan etika bangsa. Pendidikan agama Islam dinilai masih terkesan berorientasi pada pengajaran agama yang bersifat kognitif dan hafalan, kurang berorientasi pada aspek pengamalan ajaran agama. Oleh karena itu diperlukan suatu bentuk pendidikan yang tidak hanya mengajarkan nilai keagamaan saja namun juga menginternalisasikan nilai-nilai tersebut pada diri peserta didik. Nilai tersebut akan tecermin dalam keseharian siswa sehingga tercipta generasi yang cerdas, berakhlaq mulia dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.(Cholifudin Zuhri, 2013) Salah seorang mantan Ketua Umum MUI Pusat, Ali Yafie, pernah menyatakan bahwa krisis multidimensional yang dialami bangsa Indonesia yang sampai saat ini di awal tahun 2001 masih mendera bangsa Indonesia, tiada lain disebabkan dan berawal dari krisis moral dan etika yang melanda negeri ini. (Yafie, 1994) Sebuah bangsa tanpa akhlak, moral dan etik, sejatinya bangsa itu telah punah, seperti diungkapkan seorang penyair Mesir, Syauqi Bey: ―Keberadaan suatu bangsa (ditentukan) oleh tegaknya akhlak. Dan jika akhlak telah hilang dari mereka, maka sesungguhnya bangsa itu punah‖ (Al-Maqshud & Al-Ghany, 1993).
Merosotnya moral atau akhlak generasi muslim saat ini diperlihatkan dengan ketidak perdulian mereka kepada kitab suci al-Quran. Hal ini bisa kita ketahui dengan kecenderungan kehadiran generasi muslim ditempat-tempat seperti pengajian, majelis atau madrasah. Dan juga masih didapati generasi muslim yang tidak pandai dalam membaca al-Quran pada usia SMP hingga jenjang SMA/SMK hal ini sering didapati pada saat ujian praktek agama islam berlangsung disekolah berbasis umum. Dengan didapatinya beberapa kasus diatas ini menunjukkan betapa kurang perhatian generasi muslim terhadap kitab sucinya sehingga terjadi degradasi moral atau akhlak dikalangan generasi muslim saat ini.
Generasi muslim harus disadarkan kembali untuk mencintai dan membanggakan kitab sucinya, sebab al-Quran merupakan sumber segala kebahagiaan umat manusia. Serta sebagai rujukan dalam mengembalikan peradaban manusia pada moral atau akhlak manusia yang sebenarnya. Para pecinta al-Qur’an merupakan manusia-manusia yang terdidik dalam kehidupan dibawah naungan keimanan dan amal sholeh. Dan ruh dalam kecintaan dan pengamalan terhadap al-Qur’an terlihat dalam akhlak yang baik, akhlak yang memiliki karakteristik nilai-nilai keislaman.
Akhlak Islami memiliki beberapa keistimewaan dan ciri-ciri khusus (karakteristik) yang membedakannya dari sistem akhlak lainnya. Di antara karakteristik akhlak Islami tersebut adalah: (a) Rabbaniyah atau dinisbatkan kepada Rabb (Tuhan), (b) Insaniyah (bersifat manusiawi), (c) Syumuliyah (universal dan mencakup semua kehidupan), dan (d) Wasathiyah (sikap pertengahan).(Bafadhol, 2018)
Akhlak mulia merupakan buah keimanan yang sebenar karena tidak bernilai iman seseorang tanpa disertai dengan akhlak yang mulia sebagaimana yang digambarkan dalam hadits Rasulullah SAW ketika ditanya oleh sahabat, “Apakah Deen itu?” lantas baginda menjawab dengan sabdanya, “(Deen itu) adalah akhlak yang baik.”.(Sulaiman et al., 2013) Akhlak merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan jatuh bangunnya seseorang, bangsa maupun negara. kejayaan seseorang, masyarakat, bangsa dan negara sangat tergantung oleh akhlaknya.(Qodariyah, 2017)
Dalam perspektif Islam, akhlak atau moral memiliki kedudukan yang tinggi. Demikian tingginya kedudukan akhlak dalam Islam hingga Nabi shallallahu „alaihi wasallam menjadikannya sebagai barometer keimanan. Beliau bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abû Dâwûd dan Tirmidzî) Dan al-quran merupakan sumber pengajaran dan pendidikan akhlak sepanjang jaman, dan pendidikan akhlak merupakan inti dari seluruh proses pendidikan agama islam.(Ismail, 2014)
KESIMPULAN
Berawal dari pentadabburan al-Quran surat An-Nahl ayat 89 tentang keutamaan kitab suci al-Quran dan juga al-Quran surat Ali Imran ayat 31 tentang keutamaan mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya dengan melihat fenomena generasi muslim yang mulai mengalami penurunan moral dan akhlaknya maka dengan cara mengembalikan mereka pada kecintaan dan perhatian untuk mengkaji, dan mengamalkan al-Quran maka ini merupakan upaya dalam mengembalikan generasi muslim pada akhlakul karimah. Tulisan ini pastinya jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangannya, maka kami harapkan saran dan masukkannya demi perbaikan untuk selanjutnya. (oleh: Syaiful USB)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jauziyah, I. Q. (1999). Madarijus Salikin. In Pustaka Al-Kautsar.
Al-Maqshud, A., & Al-Ghany, A. (1993). Al-Akhlaq: Baina Falasifah al-Yunan wa Hukama al-Islam. Maktabah al-Zahra.
Bafadhol, I. (2018). Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam. Alpen: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1). https://doi.org/10.24929/alpen.v1i1.1
Cahyo, wisnu tri. (2019). resume nusus dakwah kitab ushul dakwah. 1–9.
Cholifudin Zuhri, M. N. (2013). Studi Tentang Efektivitas Tadarus Al-Qur`an Dalam Pembinaan Akhlak Di Smpn 8 Yogyakarta. Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 11(1), 113. https://doi.org/10.21154/cendekia.v11i1.394
Ikhsan, M. A. (2017). Nilai Cinta Tanah Air Perspektif Al Quran. Mufaizin. “Nasionalisme Dalam Perspektif Alquran Dan Hadits.” Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman 5, no. 1 (2019): 40–56. 2, 108–114.
Ismail, M. (2014). Konsep Berpikir Dalam Al-Qur’an Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Akhlak. XIX(02), 291–312.
Qodariyah, S. L. (2017). Akhlak Dalam Perspektif Al Quran (Kajian Terhadap Tafsīr al-Marāgī Karya Ahmad Mustafa al-Marāgī). Jurnal Al-Fath, 11(02), 145–166.
Shihab, M. Q. (2007). “ Membumikan” Al-Quran: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat.
sri waluyo. (2018). Pendahuluan. 10(September), 269–295.
Sulaiman, H., Ismail, Z., & Yusof, R. (2013). Kecerdasan Emosi Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah : Aplikasinya Dalam Membentuk Akhlak Remaja. 1(2), 51–57.
Yafie, A. (1994). Menggagas fiqih sosial: dari soal lingkungan hidup, asuransi hingga ukhuwah. Mizan.