Konsep Al Quran dalam Pendidikan Karakter
Abstark
Makalah ini membahas masalah tentang konsep al-qur’an dalam pendidikan karakter,moral belakang ini menjadi sorotan dikalangan ranah pendidikan dikarenakan rusaknya akhlak,maka dari itu Al-Qur’an akan menjawab dari segala rintangan dan permasalahan dalam kehidupan manusia maupun proses pendidikan mulai dari bimbingan dalam mengembangkan ilmu, konsep tujuan,konsep keilmuan dan metode proses manusia menjadi insanul kamil dan ulilalbab, Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang menjadi cara manusia menjalankan roda kehidupan didunia, Al-Qur’an juga merupakan jembatan/jalan menuju proses pendidikan manusia menjadi seorang yang berakhlakulkarimah. Al-Qur’an memiliki tuntunan yang mendidik manusia menjadi bangsa yang berakhlak. Tolok ukurnya adalah diri Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Konsep Al-Qur’an dalam pendidikan akhlak itu ada tiga dimensi akhlak pada Sang Pencipta, akhlak pada diri sendiri, dan akhlak pada sesama manusia dan lingkungan/Alam.
Kata kunci : Al-Qur’an,Pendidikan Karakter,Akhlak
A. Pendahuluan
Pendidikan karakter belakang ini menjadi sorotan diberbagai kalangan lembaga pendidikan dikarenakan merosotnya akhlak pelajar terhadap orang tua dan guru bahkan antar sesema penuntut ilmu, karena kurang ilmu dan cara mengaplikasannya dalam kehidupan sehari-hari, Al-Qur’an merupakan sumber ilmu maka dari itu seorang pelajar harus mencari apa yang disampaikan Allah SWT.Melihat kecamata pendidikan para pelajar sebenarnya mereka telah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, tapi banyak diantara mereka tidak mendapatkan manfaat dari ilmunya, yakni berupa pengalaman dari ilmu tersebut dan menyebarkannya. Hal ini terjadi karena cara mereka menuntut ilmu salah, dan syarat-syaratnya mereka tinggalkan. Karena, barang siapa salah jalan, tertentu tersesat tidak dapat mencapai tujuan.
Pendidikan karakter bukanlah sebuah gagasan yang baru. Sepanjang sejarah, di negara-negara di seluruh dunia, pendidikan memiliki dua tujuan besar ; membantu anak-anak menjadi pintar dan membantu mereka menjadi baik. Pintar dan baik tidaklah sama. Sejak zaman Plato masyarakat yang bijak telah menjadikan pendidikan karakter sebagai tujuan sekolah. Mereka memberikan pendidikan karakter yang dibarengkan dengan pendidikan intelektual, kesusilaan dan literasi, serta budi pekerti dan pengetahuan. Mereka mencoba membentuk sebuah masyarakat yang menggunakan kecerdasan untuk kemaslahatan, dan mencoba membangun dunia lebih baik .
Pendidikan karakter di Indonesia pertama kali dicetuskan oleh Ratna Megawangi, alumnus IPB yang concern terhadap dunia pendidikan, anak dan perempuan. Melalui konsep pendidikan holistik berbasis karakter, Mengawangi mengedepankan sembilan karakter yang ingin dibangun. Istilah pendidikan karakter ini kembali menguat ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhammad Nuh, dalam pidatonya pada Hari Pendidikan Nasional tahun 2011 menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai upaya pembangunan karakter bangsa.
Pendidikan karakter terhadap perserta didik/murid perlu diterapkan dilembaga pendidikan agar peserta didik bisa membangun dirinya seusai dengan cara pandangan islam, tentu dengan mengedepankan Al-Qur’an dan Hadits sebagai rujukan hidupnya sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Nisa ayat 9
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).
Dalam ayat tersebut Allah mengharuskan setiap umat tidak meninggalkan dibelakang mereka generasi yang lemah, tak berdaya dan tak memiliki daya saing dalam kompetisi kehidupan. Ayat ini juga dapat diartikan secara umum bahwa ada pesan alQur’an kepada setiap muslim untuk berupaya sekeras-kerasnya agar generasi sesudahnya merupakan generasi yang tangguh melebihi para pendahulunya.4 Dalam al-Qur’an kesempurnaan manusia tidak hanya terletak pada dimensi jasadiah semata, tetapi melalui dimensi rohaniahlah manusia akan senantiasa bertahan pada posisinya sebagai makhluk terbaik. Pengembangan pada sisi jasmaniah semata hanya akan menjatuhkan manusia ke tempat yang paling rendah (asfala safilin). Pengembangan dimensi rohaniah akan melahirkan akhlak terpuji. Makalah ini akan mencoba memaparkan bagaimana pendidikan karakter dalam perspektif al-Qur’an.
B. Akhlak Sebagai Karakter Pendidikan Islam
Term akhlak berasal dari bahasa Arab. Ia adalah bentuk jama‟ dari khuluq. Secara etimologi, khuluq berarti ath-thab‟u (karakter) dan as-sajiyyah (perangai).1 Sedangkan secara terminologi, ada beberapa definisi yang diutarakan oleh para ulama tentang makna akhlak. Al-Ghazali memaknai akhlak dengan: 2 Sebuah tatanan yang tertanam kuat dalam jiwa yang darinya muncul beragam perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Sebagian lagi mendefinisikan akhlak dengan: 3 Sekumpulan nilai-nilai dan sifat yang menetap di dalam jiwa, yang dengan petunjuk dan standarnya sebuah perbuatan dinilai baik atau buruk oleh seseorang, yang untuk kemudian dia melakukan perbuatan tersebut atau mengurungkannya. Dari penjelasan di atas kiranya dapat kita simpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah Ta‟ala dan berakhlak karimah.
Pendidikan akhlak dalam islam dapat dimaknai sebagai latihan mental dan fisik. Latihan tersebut dapat menghasilkan manusia yang berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dan juga rasa tanggung jawab selaku hamba Allah. Latihan-latihan ini bersifat formal dan terstruktur dalam lembaga-lembaga pendidikan, maupun non formal yang diperoleh dari hasil interaksi manusia terhadap lingkungan sekitar atau dengan kata lain pendidikan akhlak dalam islam dapat menjadi sarana untuk membentuk karakter individu muslim yang berakhlakulkarimah. Individu yang berkarakter mampu melaksanakan kewajibannya dan menjauhi segala larangannya individu ini juga mampu memberikan hak kepada allah dan rasulnya sesame muslim,makhluk lain serta alam sekitarnya dengan sebaik-baiknya
Akhlak merupkan tujuan inti dari pembelajaran manusia selama manusia hidup didunia ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
21. Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.
Dalam firman ini allah Swt menegaskan bahwa orang-orang yang menginginkan kehidupan akhirat, maka hendaklah mereka meniru kepribadian rasulullah saw. Menjadikan rasulullah sebagai panutan dari suri tauladan bukan kepada orang lain. Sebuah pengakuan jujur dari seorang penulis non muslim telah dituangkan dalam buku seratus tokoh dunia tentang kepribadian nabi Muhammad SAW orang yang sangat berpengaruh dalam dunia ini yang pertama didunia disusul tokoh yang lainnya. Dalam kisahnya. Aisyah Ra sahabat sa’ad bin hisyam bin amir ra”wahai ummul mukminin, beritahukanlah akhlak rasulullah saw. Aisyah ra menjawab”tidaklah kamu membaca Al-Qur’an ?” sahabat menjawabnya ” tentu aku membacanya” maka aisyah melanjutkan menjawabannya” sesungguhnya akhlak rasulullah itu adalah al-qur’an”. Riwayat muslim tersebut diisyarahkan oleh imam nawawi dalam kitab shalat, bahwa makna kalimat “akhlak rasulullah itu adalah Al-Qur’an,rasulullah saw mengamalkan Al-Qur’an, patuh pada ketentuan-ketentuanya, beradab dengan al-qur’an , mengambil I’tibar dari perumpamaan dan kisah-kisah didalamnya, mentadabburi serta membacanya dengan baik. Lebih jauh lagi, akhlak bagi seorang muslim adalah melaksanakan perintah-perintah Allah swt dan menjauhi larangannya sesuai dengan yang diajarkan nabi Muhammad SAW.
Akhlak merupakan pondasi dasar sebuah karakter diri.sehingga pribadi yang berakhlak baik nantinya akan menjadi bagian dari masyarakat yang baik pula. Akhlak dalam islam juga memiliki nilai yang mutlak karena persepsi antara akhlak baik dan buruk memiliki nilai yang dapat diterapkan pada kondisi apapun tentu saja, hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang menetapkan akhlak sebagai pemeliharaan eksistensi manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Akhlaklah yang membedakan karakter manusia dengan makhluk yang lainnya. Tanpa akhlak, manusia akan kehilangan derajatnya sebagai hamba yang paling terhormat. Akhlak mempunyai beberapa aspek diantaranya:
1. Aspek tauhid atau akidah yaitu berhubungan dengan upaya pembersihan diri dari bahaya syirik dan keberhalaan , serta pendidikan jiwa terkait rukun iman
2. Aspek akhlak yaitu berhubungan dengan upaya pendidikan diri atau jiwa agar manusia insan mulia, dan mampu membangun hubungan baik antar sesame manusia dan makhluk allah yang lainnya. Implikasi positifnya adalah jujur,sabar,amanah,lemah,lembut,penyayang dan lainnya.
3. Aspek hukum yaitu tataran peraturan yang ditentukan berdasarkan diktum dan pasal tertentu dalam al-qur’an yang mesti diikuti(ittiba). Pasal dimaksud adalah ayat tertentu yang mengatur hubungan makhluk dengan sang khalik, seperti hukum-hukum ibadah mahdah( shalat,zakat,haji) pasal-pasal yang mengatur hubungan antar manusia, seperti hukum-hukum nikah,keluarga,waris dan lainnya. Pasal-pasal yang mengatur muamalah, seperti peniagaan,utang-piutang,keuangan, dan lainnya; pasal-pasal jinayat (pidana), seperti hukum qishash,pembunuhan,pencurian,bahkan termasuk juga hukum peperangan, perdamaian,perjanjian dan lainnya.
Dari aspek diatas merupakan sikap tingkah laku manusia dalam mengembangkan karakter dan kepribadian personal yang terus melekat pada dirinya, maka manusia bisa mengenal jati dirinya,tujuan hidup dunia, dan tata cara menjalankan roda kehidupan manusia sampai manusia akhirnya meninggalkan dunia ini selamanya.dan jangan sampai manusia melaksanakan apa yang harus dijauhi tentu dengan taat, terus beristiqamah dalam menjalankan syariat yang disampaikan oleh Allah SW.
C. Konsep pendidikan dalam Al-Qur’an
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
30. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah13) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” 13) Dalam Al-Qur’an, kata khalīfah memiliki makna ‘pengganti’, ‘pemimpin’, ‘penguasa’, atau ‘pengelola alam semesta’.31. Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”32. Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”
Manusia menurut al-Quran bukan hanya wujud materi yang terdiri dari unsur-unsur fisika, kimia dan otot-otot mekanis sebagaimana pandangan filosof-filos of materialisti Manusia juga bukan roh yang terlepas dari raga. Manusia menurut al-Quran adalah terdiri dari jiwa dan raga yang keduanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Manusia bukanlah seekor binatang yang akan habis riwayatnya dan lenyap setelah ia mati, dan bukanlah seekor binatang yang wujudnya tidak berbeda dengan bianatang-binatang lain. Manusia dibedakan dari makhluk Allah yang lain karena ia memiliki karakteristik utama yaitu : fitrah baik, unifikasi ruh dengan jasad, dan kemampuan untuk berkehendak.Manusia dalam proses pendidikan, adalah inti utama. Karena pendidikan berkepentingan mengarahkan manusia kepada tujuan-tujuan tertentu. Seorang pendidik akan terbantu dalam profesinya jika ia memahami dan memiliki gagasan yang jelas tentang hakikat manusia. Praktek-praktek pendidikan bakal mengalami kegagagalan, kecuali dibangun atas konsep yang jelas mengenai manusia. Manusia adalah makhluk rohaniah, dsiamping ia juga makhluk jasmaniah, biologis. Tiga apotensi dasar yang dimiliki manusia sebagai khalifah adalah : fitrah, kemampuanuntuk berkehendak (qudrah, free will). Dalam dunia pendidikan, manusia dibedakan dari makhluk-makhluk lain semisal jin, malaikat dan binatang karena ketiga potensi dasar tersebut. Karena ketiga potensi itu pula manusia diberi amanat dan didaulat oleh Allah untuk menjadi khalifah-Nya di bumi ini.
Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Khalifah, baik Adam maupun keturunannya, diberi kepercayaan atau amanat untuk mengelola bumi demi kesejahteraan dan kemakmuran seluruh umat manusia serta kemanusiaan. Namun manusia sebagai khalifah Allah tidak mungkin melaksanakan tugasnya, kecuali dibekali dengan potensi-potensi yang memungkinkan dirinya mengemban tugas dan amanat tersebut. Al-Quran menyatakan, manusia memiliki karakteristik unik, sejak mula manusia mempunyai fitrahbaik. Manusia tidak mewarisi dosa hanya akibat pengusiran Nabi Adam dari sorga.Manusia yang dianggap layak sebagai khalifah tidak akan dapat memegang tanggung jawab sebagai khalifah kecuali ia diperlengkapi dengan potensi-potensi yang memungkinnya berbuat demikian. Al-Quran menyatakan bahwa ada beberapa ciri yang dimiliki manusia sehingga layak menjadi khalifah. Dari segi fitrahnya, manusia sejak lahir adalah baik dan tidak mewarisi dosa Adam as. Ciri ketiga adalah manusia dikruniai kebebasan kemauan (iradah). Ciri keempat adalah akal yang memungkinkan manusia melakukan pilihan antara baik dan buruk.Keempat ciri inilah yang membedakan manusia sebagai khalifah dari makhluk-makhluk lain, dan tujuan tertinggi dari pendidikan Islam adalah membina individu-individuyang akan menjadi khalifah.
KESIMPULAN
Pendidikan karakter merupakan unsur terpenting dalam mendidik jiwa seperti serangkaian sikap,tingkah laku,keterampilan yang menonjolkan potensi yang dalam dirinya Karakter yang baik harus didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), keinginan untuk berbuat baik (desiring the good), dan kemampuan untuk melakukan perbuatan baik (doing the good). dalam al-Qur’an konsep karakter menggunakan term “akhlak”. Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Kehendak merupakan ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang. Sedangkan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kehendak dan kebiasaan ini menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang disebut akhlak. Apabila kebiasaan menghasilkan suatu perbuatan baik disebut akhlakul karimah. Pendidikan karakter berbasis al-Qur’an pada dasarnya dibangun melalui tiga dimensi akhlak, yaitu ; akhlak pada Allah, akhlak pada diri sendiri, serta akhlak pada sesama manusia dan lingkungan.
Al-Qur’an menjadikan rujukan hidup manusia,tata cara bertingkah laku, dan tentu contoh yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan manusia. Konsep didalam Al-Qur’an tentu yang pertama mengajarkan sikap manusia untuk menjadi insanul kamil, kedua menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.ketiga. Al-Qur’an sebagai obat hati manusia dengan cara mentadabburi dan mangamalkan. Keempat Al-Qur’an sebagai pengingat, manusia yang berpikir tentu makna dari hidup ini tidak lain dan tidak bukan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. (oleh: M.Fahmi Suhaemi)